KATA PENGANTAR
lPuji syukur kehadirat Allah SWT.Bahwa kami masih diberikan nikmat sehat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Cara Mengatasi Pergaulan Bebas Terhadap Remaja.”
Dan kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.Dra.Sarmini
2.Orang tua kami,dan
3.Teman-teman
Walaupun makalah kami belum sempurna tetapi kami merasa bangga terhadap hasil yang dicapai.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.Kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Penulis
lPuji syukur kehadirat Allah SWT.Bahwa kami masih diberikan nikmat sehat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Cara Mengatasi Pergaulan Bebas Terhadap Remaja.”
Dan kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.Dra.Sarmini
2.Orang tua kami,dan
3.Teman-teman
Walaupun makalah kami belum sempurna tetapi kami merasa bangga terhadap hasil yang dicapai.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.Kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Penulis
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
1.1 Latar belakang masalah
Remaja
adalah generasi penerus yang akan membangun bangsa kea rah yang lebih baik yang
mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat menguntungkan diri
sendiri,keluarga,dan lingkungan sekitar.
Maka dari itu remaja tersebut harus mendapatkan perhatian khusus,baik oleh dirinya sendiri,orang tua,dan masyarakat sekitar.
Banyak
kita basa di media massa maupun kita lihat di media elektronik adanya remaja
yang berprestasi juga ada remaja yang melakukan tindakan atau perbuatan yang
merugikan dirinya sendiri,keluarga dan masyarakat sekitar.
Pada
makalah ini kami akan mencoba membahas cara mengatasi pergaulan bebas terhadap
remaja
1.2 Pembatasan masalah
1.2 Pembatasan masalah
Pada
kesempatan ini kami hanya akan membatasi pengaruh media massa,media elektronik
terhadap pergaulan remaja
Media
massa (cetak) perlunya remaja membaca hal-hal yang positif.Dan media
elekronik,tayangan-tayangan di televisi yang dapat merusak aqidah dan moral
remaja tidak layak untuk ditonton oleh para remaja missal tayangan yang berbau
misteri dan film-film yang berbau alam gaib.
1.3 Tujuan
Makalah
ini kami buat dengan bertujuan agar remaja-remaja masa kini terarah pergaulanny
yaitu dengan melakukan kegiatan yang positif yang berguna untuk dirinya
sendiri,keluarga,dan masyarakat sekitar.
Dan supaya agar remaja tidak terjebak di dalam pergaulan bebas.Maka dari itu perlu kiranya remaja membentengi diri denan iman yang kuat.
Dan supaya agar remaja tidak terjebak di dalam pergaulan bebas.Maka dari itu perlu kiranya remaja membentengi diri denan iman yang kuat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Remaja
2.1 Pengertian Remaja
Diantara
seluruh tahap kehidupan yang kita alami,mungkin salah satu tahap yang paling tak
terlupakan adalah masa remaja,karma tampaknya tidak ada fase lain banyak
dipenuhi dengan pengalaman tentang patah hati,konflik batin,dan kesalahpahaman
selain masa remaja.
Kita
masih dapat mengingat antara rasa sakit dan kebahagiaan bercampur menjadi satu
yang kita alami saat remaja.Kita tetap menyimpan kenangan betapa kita
disalahpahami, betapa kita begitu sering dan cepat berubah-rubah,betapa kita
begitu mengharapkan penerimaan,dan betapa kita begitu merasakan kesepian dan
kesendirian.
Kadang
kita juga merasa mengapa tidak ada orang yang mau mengerti tentang kita.Kita
merasa heran bagaimana semua ini dimulai dan darimana.Semua ini terjadi pada
masa remaja,saat yang penuh gejolak dan keinginan,tetapi tidak jarang
mengakibatkan begitu banyak persoalan jika tidak disikapi secara arif dan
bijak.
Remaja
seing diidenntikan dengan usia belasan tahun sehingga dalam bahasa inggris
”remaja” juga disebut dengan istilah “Teenager”,selain kata adolescent.Akan
tetapi remaja tidak hanya dapat diidentifikasi berdasarkan usia,tetapi juga
bisa ditelisik dari kehidupan yang penuh dengan keceriaan,warna-warni,dan
permulaan usia mengenal lawan jenis.
Selain
itu,di usia remaja kita juga biasanya mulai bertemu dengan nilai-nilai dan
norma-norma baru yang berbeda dengan nilai dan norma yang selama ini kita
kenal.Pada masa remaja juga kita pada umumnya mulai merasakan kegelisahan dalam
hubungan kita dengan orang tua dan teman-teman sebaya;kita ingin menunjukkan
kemandirian kita di satu sisi,teapi di sisi lain kita belum dapat melepaskan
diri sepenuhnya dari pengawasan dan ketergantungan kita dari orang tua.
2.2 Ciri-ciri Fisik dan Psikologis
Bila merujuk pada psikologi perkembangan akan
kita temukan pembagian tahap perkembangan psikologis kita menjadi tiga tahap:
sembilan tahun pertama, sembilan tahun kedua dan sembilan tahun ketiga.
Sembilan tahun pertama dalam kehidupan kita dapat disebut sebagai masa
kanak-kanak. Pada masa ini kita hamper sepenuhnya bergantung pada perhatian dan
bimbingan orang lain, utamanya orangtua kita. Dari persoalan mandi, makan, apa
yg kita pakai, pilihan sekolah, dan teman hamper semuanya di pengaruhi oleh
keputusan dan kebijakan orangtua kita. Masa kanak-kanak ditandai dengan
perkembangan dan pertumbuhan fisik yg sangat cepat: mulai dari belajar telungkup,
merangkak, berjalan, berbicara, dan berpikir.
Usia
remaja berada pada perkembangan psikologis kedua dan sembilan tahun kedua
setelah kita melewati masa kanak-kanak. Pada masa ini kita mulai diajari
tantang kemandirian dan bagaimana membuat keputusan untuk diri kita sendiri.
Selain itu, karakteristik umum dari pertumbuhan dan perkembangan fisik kita
pada periode usia ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertumbuhan
tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat dan mantap; pertumbuhan yang
sangat cepat pada masa kanak-kanak telah selesai dan perubahan-perubahan
menginjak usia remaja mulai tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami
perubahan hormonal,berupa perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian
tubuh tertentu, dan penonjolan-penonjolan pada bagian tubuh tertentu bagi
perempuan.
Pada
tingkat usia ini system peredarn darah, pencernaan dan pernapasan sudah
berfungsi secara lengkap meskipun pertumbuhan masih terus berlanjut. Parui-paru
kita sudah hampir berkembang secara lengkap dan tingkat respirasi orang dewasa.
Tekanan darah meningkat menjadi sedikit lebih rendah dari pada tekanan orang
dewasa. Otak dan urat syaraf tulang belakang ( spinal cord ) menjadi orang
dewasa pada usia 10 tahun, tetapi perkembangan sel-sel yg berkaitan dengan
perkembangan mental belum sempurna dan terus berlanjut selama beberapa tahun
kemudian. Pada usia 10 thun, mata kita telah mencapai ukuran dewasa dan
fungsinya sudah berkembang secara maksimal.
Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum memasuki usia dewasa. Meskipun begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan atau remaja yg sudah mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak hamper sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau wali kita. Masa kanak-kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang lain. Tetapi pada masa kanak-kanak kita juga sadar tantang ketergantungan kita dan berjuang untuk membebaskan diri meskipun kita tidak sepenuhnya menyadari: bebas dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam ungkapan Norton, selam ini kita telah “salah-diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”, bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang sama dengan “orang lain” dalam kehidupan kita-bukan sekedar “derivasi-derivasi”. Kita menjadi tergugah untuk menemukan diri kita.
Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum memasuki usia dewasa. Meskipun begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan atau remaja yg sudah mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak hamper sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau wali kita. Masa kanak-kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang lain. Tetapi pada masa kanak-kanak kita juga sadar tantang ketergantungan kita dan berjuang untuk membebaskan diri meskipun kita tidak sepenuhnya menyadari: bebas dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam ungkapan Norton, selam ini kita telah “salah-diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”, bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang sama dengan “orang lain” dalam kehidupan kita-bukan sekedar “derivasi-derivasi”. Kita menjadi tergugah untuk menemukan diri kita.
Ketergugahan
dan keingintahuan itulah yg merupakan titik yg akan menjembatani antara masa
kanak-kanak dan masa remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg
diaktualisasikan secara lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara
baik untuk menghadapi masa remaja. Tahap krhidupan baru Ini memiliki
nilai-nilai yg sama sekali unik, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban dan
kebajikan-kebajikannya. Masa remaja menuntut sebuah kehidupan baru yg lebih
agresif dimana apa yg telah kita pelajari pada masa kanak-kanak hanya memeliki
sedikit peran dan pengaruh.
Masa
remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau pubertas. Istilah
“puber” kependekan dari “pubertas”, berasal dri bahasa Latin. Pubertas berarti
kelaki-lakian dan menunjukan kedewasaan yg dilandasi oleh sifat-sifat
kelaki-lakian dan ditandai oleh kematangan fisik. Istilah “puber” sendiri
berasal dari akar kata ”pubes”, yg berarti rambut-rambut kemaluan, yg
menandakan kematangan fisik. Dengan demikian, masa pubertas meliputi masa
peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari umur
12 tahun sampai 15 tahun. Pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan
jasmaniah berkaitan dengan proses kematangn jenis kelamin. Terlihat pula adanya
perkembangan psikososial berhubungan dengan ber fungsinya kita dalam lingkungan
social, yakni dengan melepaskan diri dari ketergantungan penuh kepada orangtua,
pembentukan rencana hidup dan system nilai-nilai yg baru.
Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja disebut sebagai adolescentia atau adolesensia. Beberapa tokoh psikologi menekankan pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja pada perubahan-perubahan penting yg terjadi di dalamnya. Jean Piaget, misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-perubahan yg dianggap penting dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase kehidupan, dengan terjadinya perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr tercakup dalam aspek kognitif seseorang.
Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja disebut sebagai adolescentia atau adolesensia. Beberapa tokoh psikologi menekankan pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja pada perubahan-perubahan penting yg terjadi di dalamnya. Jean Piaget, misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-perubahan yg dianggap penting dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase kehidupan, dengan terjadinya perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr tercakup dalam aspek kognitif seseorang.
Tokoh
lain, Ana Freud, menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu proses
perkembangan yg meliputi perubahan-perubahan berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual, perubahan dalam hubungan kita dengan orangtua dan cita-cita. F.
Neidhart juga melihat masa adolesensia sebagai masa peralihan ditintau dari
kedudukan ketergantungannya dalam keluarga menuju ke kehidupan dengan kedudukan
“mandiri”.
Sedangkan
E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru tentang identitas dalam diri
kita pada masa adolesensia. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan dengan
penempatan diri kita, yg tetap dapat dikenal oleh lingkungan walaupun telah
mengalami perubahan baik pada diri kita maupun kehidipan sehari-hari.
Dalam
pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan sebagai “masa remaja”
dengan pengertian yg luas, meliputi seluruh perubahan yg terjadi di dalamnya.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni
antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut meninjukan
pada masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan
batasan umurnya. Tetapi setidaknya dapat dikatakan bahwa masa remaja dimulai
pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan
fisik yakni pada usia 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada anak permpuan
sedangkan pada anak laki-lakinumumnya terjadi di atas 12 tahun.
2.3 Mengenali Kebutuhan-kebutuhan [ Psikologis ] Remaja
Konsepsi
“ kebutuhan pada hakikatnya lrbih berkaitan dengan implikasi-implikasi social
dari pada sekedar sebuah penggambaran tentang perilaku manusia berkaitan dengan
insting-insting yg dimilikinya. Insting, berdasarkan definisinya, merupakan
sebuah atribut bagi seseorang individu. Kebutuhan mengisyaratkan kerjasama (
cooperation ) kelompok untuk dapat memenuhinya. Ia mengarahkan perhatian dari
individu kepada masyarakatnya dengan cara-cara yg, jika diperlukan, mungkun digunakan
oleh suatu kelompok untuk memodifikasi metodo-metodenya dengan harapan
mendapatkan pelbagai perubahan yg dihasilkan dalam reaksi seorang individu.
Pelbagai jenis kebutuhan kita sebagai remaja selama ini telah di kompilasikan dari kebutuhan-kebutuhan psikologis mendasar. Salah satu penjelasan paling awal mengenai kebutuhan-kebutuhan remaja adalah bahwa pada mas remaja pada umumnya kita merindukan pengalaman baru, rasa aman, resons, dan pengakuan. Di usia ini kita seringkali merasa bahwa rumah tempat kita tinggal telah memberi kita monotomi [bukan otonomi], rasa tidak aman dan penolakan. Penyimpangan yg kita lakukan kadang-kadang dapat digambarkan sebagai upaya yg salah arah untuk menenukan kepuasan atau pemenuhan atas keinginan-keinginan kita yg paling fundamental.
Pelbagai jenis kebutuhan kita sebagai remaja selama ini telah di kompilasikan dari kebutuhan-kebutuhan psikologis mendasar. Salah satu penjelasan paling awal mengenai kebutuhan-kebutuhan remaja adalah bahwa pada mas remaja pada umumnya kita merindukan pengalaman baru, rasa aman, resons, dan pengakuan. Di usia ini kita seringkali merasa bahwa rumah tempat kita tinggal telah memberi kita monotomi [bukan otonomi], rasa tidak aman dan penolakan. Penyimpangan yg kita lakukan kadang-kadang dapat digambarkan sebagai upaya yg salah arah untuk menenukan kepuasan atau pemenuhan atas keinginan-keinginan kita yg paling fundamental.
Salah
satu kebutuhan psikologis kita yg paling penting dan juga kebutuhan seluruh
manusi adalah peneromaan oleh kelompoksosial di sekitarnya. Kebutuhan ini
mencakup kebutuhan akan kasih saying dalam lingkungan dekat dalam rumah,
penghormatan di antara teman-teman kita sebaya dan apresiasi dari orangtua atau
guru-guru yg mengajar kita. Kebutuhan ini mengambil bentuk-bentuk yg berbeda
pada tahap-tahap usia yg berbeda dan dalam hubunganya dengan orang-orang
berbeda. Tetapi kebutuhan ini tampaknya muncul dari watak esensial manusia
sebagai makhluk social sebagai anggota kelompok sosisal tertentu.
Pengalaman
akan penerimaan ini pada masa balita dan kanak-kanak mengarahkan pada rasa aman
yg kemudian membentuk salah satu bahan penting untuk kesehatan mental semangat
juang dari warga sipil atau tentara yg karena diperkuat oleh perasaan ini,
mampu menghadapi pelbagai kesulitan dan kekecewaan tanpa kecemasan yg
berlebihan. Hilanhnya perasaan ini pada umumnya akn diikuti oleh rsa tertekan
yg kemudian dapat memeunculkan penyimpangan dan disharmoni mental. Anak-anak yg
ditolak atau tidak diinginkan pada masa balitanya lebih besar kemungkinanya
untuk menjadi nak-anak yg sulit diatur dan akan menyulitkan para gurunya pda
usia sekolah.
Bersamaan
dengan kebutuhan ini, manusia pada umumnya juga memiliki kebutuhan untuk
“memberi dan menerima” untuk menunjukan rasa kasih saying, merasakan
penghormatan, mengekspresikan penghargaan Pelbagai studi kasus yg dilakukakn
C.M. Fleming, misalnya, menunjukan efek-efek yg merugikan akibat dihalanginya
komplemen atas penerimaan oleh kelompok sosial ini. Hilangnya rasa ini larangan
atas kasih saying dalam bentuk ekstrem mengarah pada penekana yg berlebihan
atas nilai kepuasaan-kepuasaan pengganti semisal hasrat yg besar akan kekuasaa
ataau atas kesenangan.
Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan untuk mempelajari hal-hal baru kebutuhan untuk mengalami “petualangan-petualangan segar”.Kebutuhan ini terkait erat dengan impuls organisme manusia terhadap pertumbuhan dan perkembangan; tetapi tidak terbatas hanya pada pertumbuhan fisikal semata. Kebutuhan ini tampaknya dirasakan secara terus-menerus sebagai atribut umat manusia dari kelahiran hingga kematiannya. Pada masa kanak-kanak, kebutuhan ini ditunjukan sebagai eksplorasi atas ruangan, rumah, atau jalan. Pada tahap selanjutnya, kebutuhan ini kemudian meluas hingga mencakup pengalaman-pengalaman baru di sekolah dan lingkungan; dan, pada masa remaja atau dewasa, kebutuhan ini secara potensial meluas sampai pada batas-batas pengetahuan mengenai suku, bangsa atau ras. Penaklukannya dari satu langkah menuju langkah lainnya ditandai dengan pengalaman akan hasilan pengakuan yg diberikan olah kelompok, atau individu itu sendiri, pada fakta bahwa sebuah kemenangan baru telah diraih.
Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan untuk mempelajari hal-hal baru kebutuhan untuk mengalami “petualangan-petualangan segar”.Kebutuhan ini terkait erat dengan impuls organisme manusia terhadap pertumbuhan dan perkembangan; tetapi tidak terbatas hanya pada pertumbuhan fisikal semata. Kebutuhan ini tampaknya dirasakan secara terus-menerus sebagai atribut umat manusia dari kelahiran hingga kematiannya. Pada masa kanak-kanak, kebutuhan ini ditunjukan sebagai eksplorasi atas ruangan, rumah, atau jalan. Pada tahap selanjutnya, kebutuhan ini kemudian meluas hingga mencakup pengalaman-pengalaman baru di sekolah dan lingkungan; dan, pada masa remaja atau dewasa, kebutuhan ini secara potensial meluas sampai pada batas-batas pengetahuan mengenai suku, bangsa atau ras. Penaklukannya dari satu langkah menuju langkah lainnya ditandai dengan pengalaman akan hasilan pengakuan yg diberikan olah kelompok, atau individu itu sendiri, pada fakta bahwa sebuah kemenangan baru telah diraih.
Yang
sepadan dengan kebutuhan ini adalah kebutuhan akan pemahaman pencarian jawaban
atas pelbagai pertanyaan berkaitan dengan apa yg sedang terjadi, dan, (dalam
peradabanyg kita kenal dengan baik), dari usia empat atau lima tahun dan
seterusnya, pertanyaan berkaitan dengan mengapa hal-hal itu terjadi seperti
sekarang ini. Pertanyaan-pertanyaan metafisikal seseorang anak kecil secara
langsung sejalan dengan pemikiran keagamaan atau filosofis dari seorang remaja
atau dewasa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tampaknya diasosiasikan dengan
kebutuhan yg selalu hadir dengan mendapatkan wawasan berkaitan dengan
pengalaman yg terus berubah dan kesalingterkaitan yg juga terus bergeser daru
umat manusia sebagai makhluk sosial dalam pelbagai kelompok sosial dimana anak
itu merupakan salah seorang anggotanya.
Kebutuhan
lain yg melengkapi kebutuhan akan petualangan dan pemahaman ini adalah
kebutuhan untuk melaksanakan tanggung jawab dalam jenis tertentu untuk memberi
sumbangan secara progresif melalui tindakan tertentu bagi kesejahteraan
kelompok. Seorang anak kecil yg berbahagia dalam kehidupan keluarganya pada
umumnya dapat dilibatkan untuk melakukan kerjasama aktif dalam kehidupan
keluarga. Seorang anak kecil sebaiknya diizinkan untuk berbagi “tugas-tugas
ringan” dengan ibu atau ayahnya, maupun dengan saudara-saudaranya. Hal ini
dimaksudkan untuk memupuk rasa percaya diri dan tanggung jawab pada si anak
agar si anak merasa aman dan nyaman di rumahnya sendiri. Kebutuhan-kebutuhan yg
kita miliki sebagai remaja mempunyai keterkaitan satu sama lain yg tidak dapat
dipisahkan.
2.4 Pergaulan Bebas
Akibat
persepsi dan pemaknaan yg keliru tentang cinta, tidak jarang kita terlibat
dalam pergaulan yg terlalu bebas dan permisif. Apapun boleh dilakukan, asal
dilakukan atas dasar suka sama suka. Tidak ada lagi pertimbangan tentang sebab
dan akibat. Tidak ada lagi pertimbangan berdasarkan hati nurani dan akal sehat.
Dengan dalih cinta, apa pun akan dilakukan. Biasanya kita baru merasa sadar
ketika efek atau akibat dari pergaulan bebas tersebut membawa dampak yg
negative semisal kehamilan di luar nikah, perasaan minder akibat kita merasa
tidak seperti remaja-remaja lain yg masih “bersih”.
Meskipun angka kehamilan remaja yg belum menikah sulit untuk diketahui dengan pasti akibat belum adanya statistik mengenai kehamilan remaja belum menikah, akan tetapi, dari pelbagai berita di media massa, baik cetak maupun elektronik, dan hasil-hasil penelitian mengenai kehamilan di luar nikah, terlepas dari keabsahan penelitian tersebut, menunjukan kecenderungan bahwa kehamilan remaja di luar nikah cenderung selalu meningkat dari tahu ke tahun.
Meskipun angka kehamilan remaja yg belum menikah sulit untuk diketahui dengan pasti akibat belum adanya statistik mengenai kehamilan remaja belum menikah, akan tetapi, dari pelbagai berita di media massa, baik cetak maupun elektronik, dan hasil-hasil penelitian mengenai kehamilan di luar nikah, terlepas dari keabsahan penelitian tersebut, menunjukan kecenderungan bahwa kehamilan remaja di luar nikah cenderung selalu meningkat dari tahu ke tahun.
Yayah
Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip pelbagai hasil penelitian yg menunjukkan
intensitas angka kehamilan remaja di luar nikah. Lembaga konseling remaja, Sahabat
Remaja, menemukan dari pelbagai kasus yg mereka tangani pada tahun 1990
dijumpai ada 80 remaja usia 14-24 tahun yg hamil sebelum nikah. Penalitian di
Manado yg dilaporkan oleh Warouw mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106
orang meminta induksi haid ditemukan sebanyak 472 responden yg belum menikah
(71,3%) mengalami kehamilan yg tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Dari
jumlah tersebut, 291 responden (28,8%) berusia 14-19 tahun, 345 responden (52%)
berusia 20-24 tahun.
Penelitian
lain yg dikutip Khisbiyah adalah penelitian yg dilakukan Widyantoro pada tahun
1989 di Jakarta dan Bali. Widyantoro menemukan 405 kasus kehamilan tak
dikehendaki yg terkumpul di klinik WKBT di dua kota tersebut selama satu tahun.
Dari data yg terkumpul terungkap bahwa 95 persen kehamialn adalah kehamilan
pada remaja berusia 15-25 tahun. Dari segi pendidikan, 47 persen remaja
tersebut duduk di tingkat SLTP dan SLTA. Selanjutnya Khisbiyah melaporkan bahwa
data dari klinik dan praktik dokter di sekitar kabupaten Magelang diduga ada
sekitar 1456 kasus kehamilan remaja dalam setahun. Tentu saja kasus yg terjadi
sebenarnya berbeda dari laporan penelitian tersebut. Boleh jadi angkanya jauh
lebih besar mengingat ada sebagian kasus yg luput dari penelitian atau tidak
terdektesi oleh klinik atau dokter setempat karena mereka dating ke “tempat
lain” untuk melakukan “pengobatan”.
Jika sinyalemen ini bener, maka selayaknya kita merasa prihatin dan mencari penangan atas masalah tersebut secara lebih serius dan komprehensif. Kehamilan remaja di luar nikah tidak hanya membawa dampak negatif bagi si calon ibu, tetapi juag bagi anak yg di kandungnya. Selain itu, keluarga dari remaja yg hamil di luar nikah itu pun akan mengalami tekanan batin tertentu mumgkin akan diterima oleh si remaja maupun keluarganya. Rasa malu pada tetangga dan teman-teman merupakan penderitaan batin tersendiri yg harus ditanggung si remaja dan keluarganya. Meskipun ada sebagian orang yg tidak malu dengan kehamilannya di luar nikah.
Jika sinyalemen ini bener, maka selayaknya kita merasa prihatin dan mencari penangan atas masalah tersebut secara lebih serius dan komprehensif. Kehamilan remaja di luar nikah tidak hanya membawa dampak negatif bagi si calon ibu, tetapi juag bagi anak yg di kandungnya. Selain itu, keluarga dari remaja yg hamil di luar nikah itu pun akan mengalami tekanan batin tertentu mumgkin akan diterima oleh si remaja maupun keluarganya. Rasa malu pada tetangga dan teman-teman merupakan penderitaan batin tersendiri yg harus ditanggung si remaja dan keluarganya. Meskipun ada sebagian orang yg tidak malu dengan kehamilannya di luar nikah.
Dalam
islam, jelas sekali Al-Qur’an melarang perzinahan karena dampak buruk yg
diakibatkannya. Ayat-ayat yg melarang zina antara lain adalah, Dan janganlah
kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah Suatu perbuatan yang keji dan
jalan yang sangat buru (Al-Isra’:32).
Dan
terhadap wanita-wanita yg mengerjakan perbuatan keji (zina), Hendaklah ada empat orang saksi di antara
kamu (yang menyaksi-Kannya). Kemudian apabila mereka telah memberikan
persaksian,
Maka kurunglah wanita-wanita itu dalam rumah sampai menemui Ajalnya, atau sampai Allah memberikan jalan yg lain kepada mere-Ka (An-Nisa’:15).
Maka kurunglah wanita-wanita itu dalam rumah sampai menemui Ajalnya, atau sampai Allah memberikan jalan yg lain kepada mere-Ka (An-Nisa’:15).
Meskipun persoalan tafsir dan pemahaman atas ayat tersebut masih dapat diperdebatkan, tetapi yg jelas zina zina memberikan dampak buruk dan perbuatan yg tidak layak dilakukan. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif yg dapat ditimbulkan dari kehamilan di usia remaja, utamanya yg menyakut perkenbangan bayi yg akan dilahirkan sebagai manusia.
# Perkembangan Kognitif
Aspek
kognitif yg menonjol dalam kehidupan kita adalah kecerdasan. Kecerdasan kita
terdiri atas beberapa aspek yg salah satunya adalah kemampuan berbahasa dan
menalar. Perkembangan kognitif kita dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, anara
lain perawatan kesehatan, keadaan gizi, dan stimulasi mental yg diberikan oleh
lingkungan, terutama kedua orangtua. Selain itu, kondisi sosial dan eoknomi
serta kematangan psikologis kedua orangtua kita pun ikut berperan besar dalam
mempengaruhi perkembangan kognitif kita.
Berdasarkan
hasil-hasil penelitian di Amerika, misalnya, anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu
remaja rata-rata memiliki tingkat kecerdasan yg lebuh rendah dibandingkan
dengan anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu yg usianya lebuh dewasa (lihat Baldwin
& Cain, 1978). Perkembangan bahasa dan penalaran anak-anak yg lahir dari
ibu-ibu remajaumumnya jauh lebuh terbelakang dibandingkan dengan anak-anak yg
lahir dari ibu-ibu yg usianya lebih dewasa.
Menurut
sebagian pakar psikologi, sebagaimana dikutip Ancok dan Suroso (1995),
rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak tersebut disebabkan oleh si ibu yg belum
mampu memberikan stimulasi mental yg baik pada anak-anak mereka. Hal ini,
antara lain disebabkan ibu-ibu yg masih remaja ini belum memiliki kesiapan
untuk menjadi seorang ibu. Perkembangan bahasa seorang anak sangat banyak
dipengaruhi oleh bagaimana cara kedua orngtuanya berbicara kepada si anak.
Aspek-aspek kecerdasan lainnya akan berkembang jika kedua orangtua dan
lingkungannya dapat memberikan permainan atau stimulasi mental dengan baik.
Orangtua yg masih remaja pada umumnya kurang mampu memberikan stimulasi mental
semacam ini.
Mengingat
kecerdasan memiliki peran yg sangat penting dalam keberhasilan di bidang
akademik maupun karier, maka rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak yg lahir
dari ibu-ibu remaja di luar nikah ini boleh jadi akan mengakibatkan kesulitan
hidup bagi si anak itu kelak.
# Perkembangan Sosial dan Emosinal
Meskipun
penelitian mengenai dampak kehamilan ibu remaja diluar nikah terhadap
perkembangan sosial dan emosinal anaknya belum menunjukan hasil-hasil yg
konsisten; tetapi cukup banyak penelitian yang menemukan dampak negatif dari
kehamilan semacam ini. Baldwin dan Cain (1981), misalnya, menemukan bahwa
anak-anak yg lahir dari ibu remaja lebih banyak memiliki sifat hiperaktif, rasa
bermusuhan yg besar , kurang mampu mengontrol emosi dan lebih impulsive jika
dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa.
Sifat-sifat
negatif seperti di atas sedikit banyak akan mempengaruhi proses penyesuaian
diri kita terhadap lingkungannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat.
Selain itu, prestasi kita di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemempuan kognitif kita (kecerdasan kita) dan kemampuan menyesuaikan diri dengan sekolah. Anak yg tingkat kecerdasannya rendah biasanya memiliki prestasi kurang (atau bahkan tidak) baik di sekolah. Selain itu, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di sekolah memiliki pengaruh yg cukup besar terhadap prestasi belajar anak. Anak yg agresif, suka menyerang, suka diatur biasanya memiliki prestasi yg kurang baik. Para guru biasanya tidak menyukai anak-anak hiperaktif, nakal, dan suka mengganggu teman-temannya.
Eric Taylor (1988), misalnya, pernah menceritakan seorang anak yg bernama Ari, anak berusia sembilan tahun, yg memiliki masalah yg berkaitan dengan sikap agresif Ari dan ketelengasannya kepada anak lain. Dalam sebuah perkelahian Ari pernak mendorong lawannya keluar dari jendeladan pernah menikam lawannya yg lain dengan gunting. Dua sekolahnya yg dahulu telah menyatakan bahwa Aria tidak dapat dikendalikan dank arena itu dikeluarkan. Setiap orang yg mengenalnya sependapat bahwa di luar biasa over aktif, tidak pernah mengasyiki suatui kegiatan apa pun, dikucilkan oleh teman-teman sebayanya, dan mudah mengamuk bila merasa frustasi. Pola perilaku seperti ini sudah tampak sejak Ari masih berusia satu tahun, tetapi bersamaan dengan tambahnya usia, nyata sekali dia menjadi semakin menjadoi pemurung. Sifat lekas marah dan kecurigaannya yg berlebihan sebagian besar agaknya terkait dengan suasana rumahnya yg penyh “badai”, dimana perbantahan menyangkut kebiasaan buruk ayahnya seringkali tidak terkendalikan dan meningkat menjadi percekcokansecara fisik.
Selain itu, prestasi kita di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemempuan kognitif kita (kecerdasan kita) dan kemampuan menyesuaikan diri dengan sekolah. Anak yg tingkat kecerdasannya rendah biasanya memiliki prestasi kurang (atau bahkan tidak) baik di sekolah. Selain itu, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di sekolah memiliki pengaruh yg cukup besar terhadap prestasi belajar anak. Anak yg agresif, suka menyerang, suka diatur biasanya memiliki prestasi yg kurang baik. Para guru biasanya tidak menyukai anak-anak hiperaktif, nakal, dan suka mengganggu teman-temannya.
Eric Taylor (1988), misalnya, pernah menceritakan seorang anak yg bernama Ari, anak berusia sembilan tahun, yg memiliki masalah yg berkaitan dengan sikap agresif Ari dan ketelengasannya kepada anak lain. Dalam sebuah perkelahian Ari pernak mendorong lawannya keluar dari jendeladan pernah menikam lawannya yg lain dengan gunting. Dua sekolahnya yg dahulu telah menyatakan bahwa Aria tidak dapat dikendalikan dank arena itu dikeluarkan. Setiap orang yg mengenalnya sependapat bahwa di luar biasa over aktif, tidak pernah mengasyiki suatui kegiatan apa pun, dikucilkan oleh teman-teman sebayanya, dan mudah mengamuk bila merasa frustasi. Pola perilaku seperti ini sudah tampak sejak Ari masih berusia satu tahun, tetapi bersamaan dengan tambahnya usia, nyata sekali dia menjadi semakin menjadoi pemurung. Sifat lekas marah dan kecurigaannya yg berlebihan sebagian besar agaknya terkait dengan suasana rumahnya yg penyh “badai”, dimana perbantahan menyangkut kebiasaan buruk ayahnya seringkali tidak terkendalikan dan meningkat menjadi percekcokansecara fisik.
Dalam
kasus Ari, jelas sekali perangi atau watak yg ditunjukan orangtua memiliki
pengaru yg besar terhadap perkembangan psikologis seorang anak. Ada sebuah
ungkapan bijak yg menyatakan,”Jika seorang anak dan pujian, dia akan belajar
untuk menghormati orang lain. Jika seorang anak dibesarkan dengan caci maki dan
hinaan, dia akan belajar untuk membenci orang lain”.
# Perkembangan Seksual
Mungkin
ada pertanyaan yg pernah terbersit dalam benak sebagian kita: Apakah anak
perempuan yg dilahirkan oleh ibu remaja di luar nikah pada saat anak itu
menginjak remaja nanti lebuh memiliki kemungkinan untuk hamil di luar nikah
jika dibandingkan dengan anak-anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu dewasa dalam
pernikahan yg sah? Pertanyaan ini cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut untuk
mengetahui ada tidaknya efek estafet dari kehamilan remaja di luar nikah
terhadap generasi penerusnya.
Baldwin dan Cain (1981) melaporkan bahwa tanda-tanda terjadinya efek estafet itu memang ada. Anak-anak yg lahir dari ibu remaja memiliki kemungkinan lebih besar untuk hamil di luar nikah pada usia remaja jika dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa dan dalam pernikahan yg sah. Ini memang logis mengingat remaja pada umumnya belum siap untu menerima kehadiran seorang anak sebagai bagian darikehidupannya. Ketidaksiapan ini kemudian yg, antara lain, menyebabkan kurangnya kemampuan orangtua untuk mendidik dan mengasuh anaknya dengan baik dan benar sehingga risiko untuk terjerumus kedalam hal-hal yg negatif akan lebih besar.
Baldwin dan Cain (1981) melaporkan bahwa tanda-tanda terjadinya efek estafet itu memang ada. Anak-anak yg lahir dari ibu remaja memiliki kemungkinan lebih besar untuk hamil di luar nikah pada usia remaja jika dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa dan dalam pernikahan yg sah. Ini memang logis mengingat remaja pada umumnya belum siap untu menerima kehadiran seorang anak sebagai bagian darikehidupannya. Ketidaksiapan ini kemudian yg, antara lain, menyebabkan kurangnya kemampuan orangtua untuk mendidik dan mengasuh anaknya dengan baik dan benar sehingga risiko untuk terjerumus kedalam hal-hal yg negatif akan lebih besar.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Kami kira remaja harus pintar dalam memilih teman agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas yang telah merusak aqidah dan moral sebagian remaja di negeri ini
Oleh
karena itu remaja itu perlu mengikuti kegiatan-kegiatan seperti pengajian
remaja,karang taruna,dan kegiatan lainnya
3.2 Saran dan Kritik
A.
Saran
Perlu
kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di
sekolah maupun di lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan
restu dari orang tua
B. Kritik
B. Kritik
Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih kurang baik oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritikan yang membangun dari para pembaca.
BAB IV
DAFTAR
PUSTAKA
Husniaty, E.Noor. 2006. Menjadi Remaja Kreatif Dan Mandiri.Yogyakarta: Dozz publisher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar